Skip to main content

Resolusi 2018

Source: Google
Setiap manusia harus mempunyai keinginan yang ingin dicapai agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Ada keinginan jangka pendek, ada pula yang jangka panjang. Ada yang masuk akal ada pula yang diluar nalar. Semua sah-sah saja koq, itu tandanya kita masih punya semangat untuk berjuang hidup. Dalam menyambut tahun baru 2018 yang sebentar lagi akan tiba, tulisan kali ini khusus membahas tentang Resolusi 2018 versi saya. Sejujurnya saya tidak pernah membuat resolusi-resolusi semacam ini sebelumnya (duh, pasrah amat hidup saya). Karena menurut saya, resolusi itu isinya pasti keinginan yang muluk-muluk dan agak mustahil untuk dicapai. Kadang juga dilakukan hanya karena biar keren ikutan trend jaman now. Tetapi berbeda untuk kali ini. Sekarang kehidupan saya sedikit berubah. Saya tidak lagi hidup bersama orang tua. Saat ini saya sudah menyandang status sebagai istri dan memilih tinggal di perantauan bersama suami jadi pola pikir saya setidaknya harus berubah ke arah yang lebih baik dan lebih dewasa. Saya harus punya keinginan atau target-target yang ingin saya capai tahun depan. Dengan begitu hidup saya akan lebih menantang daripada kehidupan saya kemarin yang isinya hanya tawakal saja tanpa ikhtiar yang berarti (red. males-malesan muluk).
Resolusi yang ingin saya capai di tahun 2018, adalah saya ingin:
1. Menjadi wanita yang dewasa, baik dan benar.
Harus saya akui, walaupun saya sudah menikah dan bukan teenager lagi, kadang-kadang saya masih bertingkah menyebalkan, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, susah menahan emosi, dan sederet sifat-sifat bocah lainnya yang orang-orang sekitar saya sudah hafal diluar kepala tentang kelakuan saya. Saya bertekad untuk menjadi wanita yang lebih baik lagi, yang bisa menerima pendapat orang lain tanpa mengernyitkan dahi, yang bisa mengalah tanpa melotot, yang bisa meredam emosi hanya dengan beberapa tarikan nafas. Bukan hanya untuk saya, tetapi untuk keluarga saya kelak. Bagaimanapun juga saya seorang wanita yang nantinya insyaAllah akan menjadi seorang ibu, madrasah pertama anak-anak saya. Saya harus bisa berubah!.
2. Menjadi seorang ibu.
Entah ini termasuk resolusi atau bukan, tetapi ini adalah salah satu keinginan besar saya di tahun 2018. Diberi titipan malaikat mungil oleh Allah, rasanya pasti sangat bahagia. Baru membayangkan saja, saya sudah merinding. Bagaimana makhluk hidup ada didalam rahim wanita dan terus tumbuh hingga akhirnya dilahirkan ke dunia. Aaaaa saya sangat excited. Untuk resolusi yang ini, saya mohon doa dari teman-teman semua yaa hihi.
3. Menjadi seorang guru (lagi)
Setelah vakum selama 9 bulan dari dunia guru, harus saya akui saya rindu mengajar. Walaupun menjadi ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah tanpa harus bekerja keluar itu menyenangkan karena bisa tiduran dan ngemil sesuka hati, tetapi tetap saja saya ingin mencoba sesuatu yang baru. Menjadi seorang guru di tanah rantau, dimana saya harus berusaha berkali-kali lipat untuk mendapatkan pekerjaan disini. Semuanya benar-benar dimulai dari nol (kayak slogan SPBU hahaha). Disini saya tidak punya kenalan guru/ kepsek/ orang pendidikan yang bisa dimintai info tentang loker atau dimintai tolong untuk mencarikan saya pekerjaan. All by my self mah kalau kata lagunya bu Celine Dion.
4. Menjadi istri yang lebih baik lagi.
Setelah menikah, kebahagiaan suami adalah segalanya bagi saya. I'll do everything to make him happy. Eeeaaakkk. Saya masih banyak sekali kekurangan tetapi suami selalu melengkapi saya, demikian pula sebaliknya. Masih banyak penyesuaian-penyesuaian yang kami lakukan karena memang banyak kebiasaan atau sifat yang baru diketahui setelah menikah. Sebenarnya ini bisa disebut keinginan jangka panjang. Karena menjadi istri yang baik itu membutuhkan proses, gak mungkin bisa instan kayak bikin samyang cheese. Jadi seiring berjalannya waktu saya akan terus berusaha menjadi istri yang lebih baik.
5. Selalu hidup bahagia.
Ini nih goalnya. Mungkin kedengarannya klise atau bahkan membingungkan. Hidup bahagia tuh seperti apa sih sebenarnya?. Definisi bahagia tergantung masing-masing orang. Kalau saya mah, bisa makan cilok anget pas lagi gerimis, udah bahagia banget hahaha. Saya ingin selalu hidup bahagia bersama orang-orang yang saya sayangi, dan bukan hanya saya yang merasa bahagia, tapi kami bahagia bersama. Saya, suami, mama, ayah, emak, bapak, semua saudara saudari, keluarga,  sahabat semuanya harus selalu hidup bahagia. Bisa berkumpul dengan mereka semua dalam keadaan sehat, tanpa kekurangan apapun dan penuh rasa syukur adalah kebahagiaan haqiqi versi saya.
Saya rasa udah cukup sekian resolusi 2018 saya, gak terlalu banyak kan? Gak terlalu muluk-muluk kan? Masih masuk akal kan?. Saya sengaja gak nulis pengen kurus, karena kemungkinan terjadinya dibawah 10% haha. Sebenarnya, dengan menulis resolusi ini, semakin menyadarkan saya bahwa saya bukan siapa-siapa. Masih banyak yang harus ditambal sana sini, dikurangi yang jelek-jelek dan ditingkatkan yang baik-baik. Sebagai manusia, kita tidak boleh putus asa. Walaupun agak sulit, kita tetap harus berusaha mencapai keinginan atau target yang sudah kita buat. Karena hanya dengan cara itu kita bisa maju, gak stuck disitu-situ saja. Coba keluar dari zona nyaman yang kita tinggali selama ini, nikmati dan hadapi tantangan baru. Jangan terlalu rendah diri, minder, atau pesimis duluan. Kita harus yakin bahwa usaha tidak akan pernah menghianati hasil. When you want it the most, there's no easy way out so, keep fighting and never give up. Tetap semangat, tetap berjuang untuk masa depan yang lebih keren.
Salam cilok alun-alun Batu.

Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...