Saya suka nonton film terutama genre romantis. Maklumlah, hampir semua wanita pasti suka genre ini. Kaum kami sangat mencintai film dengan cerita menye-menye yang memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi di dunia nyata. Dan ini adalah kali pertama saya menulis resensi film dengan genre yg saya sukai. Film yang akan saya resensi adalah salah satu film garapan Richard Linklater yang berjudul "Before Sunrise" yang dibuat tahun 1995. Dalam film ini, ada dua pemeran utama, yaitu Ethan Hawke sebagai Jesse dan Julie Delpy sebagai Celine. Keduanya adalah aktris dan aktor Hollywood yang sangat terkenal. Ethan Hawke sudah membintangi banyak film, seperti Training Day (2001), Good Kill (2014), Predestination (2014) dan masih banyak lagi. Karena aktingnya yang bagus, aktor kelahiran 1970 ini pernah dinominasikan untuk empat Academy award dan sebuah Tony Award. Sedangkan Julie Delpy adalah artis keturunan Amerika-Prancis. Selain menjadi aktris, dia juga adalah seorang penyanyi dan penulis lagu. Voyager (1991), 2 Days in Paris (2007), dan LOLO (2015) adalah beberapa film yang mengantarkan aktris kelahiran 1969 ini mendapatkan nominasi pada tiga Cesar Awards, dua Online Film Critics Society Awards dan dua Academy Awards. Delpy sudah menelurkan dua album yaitu Julie Delpy dan The Countess. Oke, kita mulai review filmnya ya.
Jesse adalah pria asal Amerika yang sedang menuju Vienna mengejar pesawatnya untuk pulang ke Amerika dan Celine adalah wanita Prancis yang baru pulang mengunjungi neneknya. Keduanya tidak sengaja bertemu didalam kereta. Mereka membicarakan banyak hal dan merasa cocok. Saat tiba di Vienna, Jesse membujuk Celine agar ikut turun bersamanya dan Celine setuju untuk menghabiskan 24 jam bersama Jesse di Vienna sebelum kembali ke Paris. Mereka berdua berjalan tanpa tujuan. Bertanya kepada orang lokal tentang tempat-tempat menarik di Vienna. Bahkan ketika ditanya oleh penduduk sekitar apa tujuan mereka datang ke Vienna, Celine mengatakan bahwa mereka pasangan yang sudah menikah dan sedang berbulan madu. Jesse dan Celine menghabiskan waktu mereka saling tanya-jawab tentang kehidupan pribadi masing-masing. Mereka mengunjungi banyak tempat, seperti toko piringan hitam, kuburan dan pasar malam. Di pasar malam mereka naik bianglala dan melihat pemandangan kota Vienna dari ketinggian. Mereka mengunjungi beberapa Club, serta gereja. Saat berjalan dipinggir pantai, mereka bertemu dengan seniman, yang kemudian membuatkan mereka puisi dengan judul Delusion Angel. Caline dan Jesse menghabiskan malam mereka di taman kota dengan romantis ditemani sebotol anggur merah. Keesokan harinya mereka harus berpisah. Celine harus kembali ke Paris dan Jesse pulang ke Amerika. Mereka berjanji akan bertemu lagi 6 bulan kemudian, saat musim semi tiba.
Honestly, film ini agak berbeda dengan ekspektasi saya. Saya mengira, film ini punya sesuatu yang menarik tapi setelah saya tonton, rasanya seperti agak biasa aja. Film ini bagus, sangat natural. Saya seperti tidak sedang menonton film tetapi seolah melihat secara langsung pemeran utamanya sedang berbicara dedepan saya. Tidak ada make-up yang berlebihan. Film ini juga menampilkan tempat-tempat menarik dan bersejarah serta keindahan kota Vienna, apalagi malam hari. Namun ada beberapa hal yang kurang menurut saya. Yang pertama, tentang pencahayaan. Saya bukan orang broadcasting tapi saya cukup tahu kalau mereka tidak menggunakan cahaya tambahan yang cukup. Ada banyak scene yang pemeran utamanya kurang mendapat cahaya sehingga terkesan ada di warung remang-remang haha. Kedua tentang pengambilan gambarnya. Ada beberapa scene dengan pengambilan gambar yang menurut saya, yang orang awam, kurang bagus. Gambarnya ikut begoyang ketika Celine dan Jesse berjalan. Beberapa kali kepala Jesse terpotong dan tidak tershoot dengan benar. Dan satu lagi yang agak mengganggu saya adalah banyak scene percakapan yang membuat penonton bosan, seperti saat Jesse dan Celine bermain pinball di club, mereka berbincang ngalor-ngidul dan bergantian bermain dalam waktu yang cukup lama. Lalu saat mereka duduk-duduk di gang sempit, mereka duduk sambil bengong tanpa mengatakan apapun agak lama. Honestly, I'm bored. Sebenarnya sejak awal Jesse bertemu Celine dan berbincang, saya sudah memprediksi bahwa mereka akan jatuh cinta dan berakhir di sebuah hotel (forgive my wild imagination), but the reality, they just lay (and kiss, of course) on the grass, under the sky. Bagian yang paling saya suka adalah ketika Jesse dan Celine berada di ruang kedap suara toko piringan hitam. Awkward moment-nya itu lho bikin melting. Padahal mereka berdua cuma diem-dieman aja tapi romantisnya udah kerasa. I love that scene soooo muuuccchhh.
Satu hal yang perlu diperhatikan baik-baik, film ini sangat tidak direkomendasikan untuk ditonton anak dibawah umur dan anak-anak alay dan labil, karena ada beberapa adegan dewasa yang belum boleh mereka tonton. Selain itu cerita tentang Celine yang mau-maunya diajak Jesse menghabiskan waktu bersama di Vienna padahal mereka baru saja berkenalan, adalah contoh yang sangat tidah baik untuk adik-adik labil. Sangat menyeramkan bila hal itu terjadi.
Film ini memiliki cerita yang sederhana dan ringan namun cukup menguras hati saat di bagian akhir. Mungkin beberapa dari kita akan punya fikiran yang sama setelah nonton film ini, "udah gitu doank ceritanya? Trus mereka gimana? Koq endingnya nanggung sih?". Nah, jangan khawatir, karena ternyata masih ada sekuel berikutnya yang menanti untuk ditonton dan diresensi.
See you on next article yaa.
Comments
Post a Comment