Menikmati keindahan pantai-pantai di area Batu Bengkung tidak lantas membuat saya puas. Setelah membereskan tenda, saya dan suami bergegas menuju pantai selanjutnya yaitu pantai Bajul Mati. Tetapi ketika akan menuju parkiran, suami saya kesulitan menemukan kunci sepeda motor. Sudah dicari di segala tempat, tetap saja gak ketemu. Untungnya kami bawa kunci cadangan untuk jaga-jaga. Sampai di parkiran, saya mencoba bertanya kepada petugas yang jaga dan ternyata, kunci motor kami memang tertinggal di motor. Petugas parkir yang menemukan dan menyimpannya sampai yang punya motor nyari. Aaa baik sekali. Ternyata meskipun tidak meminta biaya tambahan, para petugas parkirnya sangat mengutamakan keamanan sepeda motor pengunjung. Proud of you, sir.
Setelah keluar dari area Batu Bengkung, kami belok kanan dan kembali mengikuti petunjuk di papan-papan jalan. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang indah dan hijau. Kurang dari 30 menit, kami sampai di Bajul Mati. Harga karcisnya sama dengan Batu Bengkung Rp. 10.000/orang plus parkir Rp. 10.000.
Pantai bajul mati memiliki garis pantai paling luas dibanding pantai-pantai lain yang saya kunjungi. Dengan ombak yang tidak terlalu ganas, apalagi pas saya disana, suasananya mendung, jadi pas sekali untuk berjalan-jalan berdua dengan suami sambil gandengan tangan *uhukehem. Setelah puas berjalan-jalan dan berfoto, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Goa Cina.
![]() |
Pantai Bajul Mati |
![]() |
Pantai goa Cina |
Tiket masuk pantai Goa Cina sama persis dengan dua pantai sebelumnya yaitu Rp. 30.000 untuk dua orang+parkir. Pantai ini memiliki 2 karakter. Di sebelah timur goa, bibir pantainya dipenuhi batu dan karang seperti di Batu Bengkung, sedangkan di sebelah barat goa, pantainya berpasir.
Saya dan suami memilih berjalan di pinggir pantai sambil makan ice cream daripada masuk ke goa nya. Untuk masuk ke goa, dikenai biaya lagi Rp. 5.000/orang.
Selesai di Goa Cina, kami melanjutkan lagi perjalanan ke destinasi terakhir sebelum pulang, yaitu pantai Sendang Biru. Saya cukup takjub karena sepanjang jalan menuju pantai Sendang biru, ternyata pemukiman yang cukup padat, berbeda dengan pantai-pantai sebelumnya yang hanya dikelilingi hutan atau bukit. Dan ternyata (lagi) pantai Sendang Biru jauh berbeda dengan ekspektasi saya.
Pantai ini lebih menyerupai pelabuhan daripada pantai pada umumnya. Banyak perahu berjejer rapi. Belakangan saya ketahui bahwa pantai Sendang Biru merupakan pintu masuk ke pulau Sempu, yang saat ini susah sekali dimasuki karena sudah menjadi cagar alam. Tiket masuk pantai Sendang Biru masih sama dengn pantai sebelumnya yaitu Rp. 20.000/ dua orang. Namun bedanya, disini parkirnya tidak ditarik saat di loket, melainkan di dalam area parkirnya sebesar Rp. 5.000. Kebetulan kami sampai di Sendang Biru hampir tengah hari, pas perut kami keroncongan karena sarapan kami sudah dicerna dengan baik oleh perut. Kami memutuskan untuk makan ikan bakar. Banyak sekali pilihan ikan di warung-warung yang berjajar sepanjang jalan. Mungkin karena pantai ini dekat dengan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) jadi harga ikan bakarnya pun terbilang cukup murah untuk kawasan wisata. Hal pertama yang harus dilakukan adalah bertanya harga. Karena beda ikan, beda pula harganya. Jangan malu bertanya harga, agar tidak shock ketika membayar nantinya. Setelah memilih-milih, kami akhirnya menjatuhkan pilihan pada seekor ikan kerapu karang yang cukup besar, kira-kira porsi 3-4 orang.
Harganya Rp. 90.000 termasuk nasi porsi 2 orang, lalapan melimpah ruah dan sambal. Murah sekaleeee. Daging kerapunya sangat tebal dan tidak kunjung habis. Sampai-sampai saya dan suami "mabok" kerapu. Saya yang awalnya agak kecewa karena pantainya berbeda dengan ekspektasi serta suhu yang luar biasa jauh lebih panas dari pantai lainnya, langsung bahagia begitu melihat sajian makan siang lezat dan lengkap yang kami dapat dengan harga murah. Dengan perut kenyang dan hati senang, kami pulang ke Batu pukul 11.30.
Sungguh perjalanan yang luar biasa yang sama sekali belum pernah saya bayangkan sebelumnya, menjelajahi 8 pantai keren Malang Selatan.
Setelah ini, kita kemana mas suami?
Comments
Post a Comment