Skip to main content

Jogja [part 1]


Sebenarnya keinginan untuk liburan ke jogja sudah ada sejak setelah menikah, namun karena satu dan buanyak hal, rencana ini selalu tertunda dan baru teralisasi kemarin. Awalnya saya agak ragu jika bepergian jauh membawa Gie. Karena ya kita tau sendiri, bayi itu susah ditebak. Kadang anteng tapi sering tiba-tiba cranky ndak jelas yanng bikin emak bapaknya bingung karena gak mengerti maunya apa. Tapi karena keinginan traveling jauh lebih kuat dari keraguan itu, akhirnya kita jadi berangkat juga ke jogja.

Saya dan suami membeli tiket, booking penginapan dan mempersiapkan semua keperluan hanya beberapa hari sebelum berangkat. Akibatnya, kami hampir saja kehabisan tiket kereta. Kami awalnya memilih kereta Pasundan yang berangkat dari stasiun Gubeng Surabaya karena harganya sangat ekonomis. Namun karena kehabisan, kami terpaksa mencari alternatif lain. Saya kebagian kereta Malioboro express kelas ekonomi untuk berangkat dari stasiun Malang jumat, 5 juli 2019 jam 20.10 dan sampai di jogja sekitar jam 4 dini hari. Pulangnya pun saya memakai kelas ekonomi dari Malioboro express dengan jam berangkat yang hampir sama. Perjalanan Malang-jogja memakan waktu 7 jam lebih. Belum berangkat, saya sudah spaneng duluan karena Gie demam tepat sebelum berangkat karena tumbuh gigi. Jadi dapat dipastikan dia agak rewel di kereta saat berangkat. Namun saat pulang, dia sudah tidak demam dan tidur sepanjang perjalanan. Jadi emak bapaknya juga bisa ikutan istirahat.

Kelar urusan tiket kereta, saya masih dipusingkan dengan penginapan. Hampir semua penginapan penuh. Karena memang saat itu weekend dan masih liburan sekolah dan juga tanggal 5-7 juli ada acara Prambanan Jazz Festival jadi dapat dipastikan banyak manusia yang datang ke jogja. Sebenarnya ada banyak juga hotel yang masih kosong, tapi harga kamar per malamnya bisa buat makan seminggu. Mengerikan. Saya sampai bertanya pada suami "emang ada ya orang yang mau nginep disitu? Kan semalem ongkosnya bisa buat bayar depe ketring nikahan". Yaa isinya dunia emang macam-macam. Ada yang doyan nginep di hotel dengan budget sultan, ada pula yang hunting penginapan dengan fasilitas bagus namun dengan harga yang serendah-rendahnya tapi kalau bisa lokasinya tengah kota, macem saya hehehee. Akhirnya saya berjodoh dengan Seroja Kostel Jambon di jalan Jambon no. 2 Trihanggono, Gamping, Mlati, Yogyakarta. Lokasinya tidak tepat tengah kota tetapi tidak terlalu jauh dari tempat -tempat yang ingin saya kunjungi. Kamarnya luas dengan kasur besar, kamar mandi dalam yang bersih, AC dan Gie's favorite thing, TV.  Meskipun tempat baru, Gie tidak rewel, dia tidur seperti biasa dan doyan banget nontonin TV.

Untuk akomodasi, kami menyewa sepeda motor. Namun karena semua rental motor sudah kehabisan stok, dan kami baru kebagian motor sore hari, kami memilih menggunakan grabcar sebelum motor yang kami sewa datang. Seperti tiket kereta dan penginapan, untuk sewa motor kami juga kehabisan. Jadi memang lebih baik kalau menyewa motornya jauh hari sebelum berangkat, biar gak kelimpungan pas disana. Hampir semua merk sepeda motor disewakan. Mulai Nmax, vario dan beat. Dan lagi-lagi karena saya nyewanya last-minute, dapet yang tersisa satu-satunya yaitu beat. Harga sewanya juga tergantung jenis sepeda motor yang kita mau.

Saya juga menyewa stroller di jogja. Karena Gie sudah lumayan berat dan membayangkan harus menggendong bayi 8 kg kesana kemari, saya sudah spaneng duluan. Akhirnya kita dapet stroller merah unyu ini di @rentalstroller_jogja. Harga sewanya 50 ribu per hari. Strollernya bersih, gampang dilipat, mungil tapi kokoh. Sangat membantu mengurangi kepegelan ayah ibuk dalam menggendong Gie. Gie juga lumayan anteng pakai stroller kemana-mana. Tapi sekali lagi alangkah baiknya jika kita mennyewa stroller juga jayh hari. Karena pilihannya lebih banyak dan gak takut kehabisan.

Kami mengunjungi beberapa tempat ikonik di jogja seperti Malioboro, candi Prambanan dan Taman Sari. Kami juga makan di tempat-tempat legendari yaitu the House of Raminten, Mie Ayam Bu Tumini dan Gudeng Yu Djum. Semuanya akan saya bahas di tulisan berikutnya ya.

Berikut ini saya tulis biaya yang sudah saya keluarkan selama 2 hari di jogja.
1. Tiket kereta Malioboro Express Malang-jogja 2 orang 185.000 x 2 = 370.000
2. Tiket kereta Malioboro Express Jogja-Malang 2 orang 185.000 x 2 = 370.000
3. Penginapan Seroja Kostel Jambon per malam 230.000 x 2 = 460.000
4. Sewa motor beat per hari 80.000 x 2 = 160.000
5. Sewa stroller per hari 50.000 x 2 = 100.000
6. Tiket masuk Prambanan Jazz Festival 2 orang 250.000 x 2 = 500.000
7. Tiket masuk prambanan 2 orang 20.000 x 2 = 40.000
8. Grab car 4 kali = 80.000
9. Makan dan jajan selama di jogja = 400.000
10. Beli oleh-oleh di Malioboro = 200.000
Jadi total semua biaya dari berangkat sampai pulang adalah 2.680.000 tapiiiii Alhmdulillaaah untuk tiket masuk Prambanan Jazz Festival kita dapet free dari oom Nanda dan tante Indah, horeee. Besok-besok kita nonton konser bareng ya om dan tante. Tiket masuk Prambanan harganya 40 ribu, tetapi khusus untuk pemegang tiket  Jazz Festival, dapat diskon 50 % jadi cuma bayar 20 ribu.
Tentang tempat-tempat legendaris yang kami kunjungi akan saya bahas di tulisan selanjutnya. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Semoga tulisan ini bermanfaat, ntah untuk referensi liburan atau sekedar ngiming-ngimingi biar ndang segera liburan hahaha.
Salam sayang, ibuk Gie.


Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...