Skip to main content

Matre = bahagia?

Source: Google
Sebagian besar orang tua pasti "matre" ketika memilih calon suami untuk putriny. Menurut mereka, setidaknya hidup putrinya akan terjamin jika menikah dengan lelaki yang mapan. Ada orang tua yang meminta syarat, calon menantunya harus memiliki pekerjaan tetap dan pendidikan bagus. Namun ada pula yang meminta syarat, calon menantunya harus memberi uang dengan jumlah tertentu, dan biasanya tidak sedikit.  Di suku Bugis Makassar dan Mandar disebut uang panai'. Uang naik atau panai' ini adalah uang yang diberikan dari pihak lelaki kepada pihak perempuan yang digunakan untuk keperluan pernikahan. Hal ini dimulai sejak masa Kerajaan Bone serta Gowa dan Tallo. Apabila tidak dapat menyerahkan uang panai', dapat dipastikan lamarannya akan ditolak. Maksud dari uang panai' ini menandakan bahwa lelaki tersebut kelak akan mampu menafkahi istri dan anak-anaknya. Makassar.tributnews.com menyebutkan bahwa awalnya uang panai'adalah uang belanja, tapi kini bagi sebagian kalangan, uang panai’ menjadi simbol prestise dan gengsi.
Nominal uang panai’ mencitrakan, siapa yang meminang dan siapa yang dipinang. Ukuran besaran uang panai' ini tergantung kedudukan dan pendidikan si perempuan. Jadi, semakin tinggi pendidikan atau keturunan (ningrat) perempuan tersebut, semakin tinggi pula uang Panai' yang diberikan (Hipwee.com). *tolong dikoreksi kalau ada yang salah ya teman-teman.
Sebenarnya uang panai' juga bisa menjadi motivasi yang kuat bagi lelaki untuk mencari rejeki sebelum meminang perempuan bugis. Eits bukan berarti buat kalian yang ingin meminang perempuan dari daerah lain, bisa bersantai tanpa bekerja keras, membanting tulang, memeras otak ya. Para lelaki harus memiliki semangat yang sama terlepas adanya uang panai' atau tidak.
Oke kita kembali ke laptop. Jadi jangan buru-buru men-judge orang tua si A matre karena kalau tidak memiliki perkerjaan tetap, tidak bisa jadi mantunya. Wajar sih ya, lha wong mereka membesarkan putrinya dengan susah payah, lha koq mau dikasik ke lelaki yang bahkan belum bisa bertanggung jawab ke dirinya sendiri. Kerjanya gak harus PNS lho ya. Yang penting punya penghasilan buat nafkahin istri sama anaknya. Jadi temen2 gak ush takut lamarannya ditolak hanya gara2 blm jd PNS. Orang tua jaman now sebagian besar mindsetnya sudah berubah koq. Gak harus PNS, asal temen2 kerja dengan sungguh-sungguh. Kalau masih ditolak juga, yaa, brarti bukan jodoh sama perempuan yang itu, ikhtiar ke lain bro. Trus yang belum kerja komen "ah kan rejeki udah ada yg atur". Memang benar Allah sudah mengatur rejeki semua umatnya seperti yang ada dalam surat Asy-Syuraa ayat 27:

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”.
Allah sudah menjamin semuanya, namun kita sebagai hambanya harus tetap berikhtiar, berusaha untuk untuk menjemput rejeki. Salah satunya dengan cara bekerja. Yakaliii lu tiduran santai di teras depan rumah terus tiba-tiba duit segepok jatuh dari langit (mimpi kali yee). Jangan malas kerja biar rejeki yang didapat barokah. "kalau emang rejeki ada yang atur, kenapa dipersulit saat mau ngelamar perempuan? Pakai syarat harus kerjalah, harus ad uang ini itulah". Balik lagi ke atas bro. Kita tidak bisa menyalahkan adat atau orang tua yang memberi syarat seperti itu. Saya belum menjadi orang tua jadi sebenarnya belum mengerti benar jalan pikiran orang tua. Tetapi saya mencoba memposisikan diri saya sebagai orang tua yang memiliki anak perempuan yang akan dipinang. Saya tahu bahwa anak adalah titipin dari Allah dan sebagai orang tua kita harus memberikan yang terbaik untuk anak, right?. Tugas terakhir orang tua adalah menikahkan anaknya. Ini pointnya. Tugas pamungkas untuk menyelesaikan rangkaian tugas yang sudah orang tua lakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai sekarang ini, harus dilakukan dengan usaha yang terbaik. Terutama saat "menyeleksi" calon menantu. Mengingat semua usaha yang sudah dilakukan dan semua peristiwa yang sudah dilalui dari si anak masih dalam perut hingga sekarang menjadi gadis cantik yang siap dinikahi, sangat dimaklumi jika orang tua menginginkan menantu yang dapat membahagiakan anaknya. Nah, karena orang tua tidak bisa menyelidiki satu per satu lelaki yang tertarik untuk memperistri putrinya, mereka hanya bisa menentukan syarat berupa pekerjaan tetap dan pendidikan yang baik serta baik agamanya. Walapun tidak bisa menjamin 100%, setidaknya mereka sudah berusaha untuk mencari yang paling baik bagi putrinya. Selebihnya, serahkan pada Allah saja.
Jadi, brother-brother diluar sana yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan berencana menikah, jangan pernah mundur. Maju terus, tunjukkan pada bakal calon mertuamu bahwa kamu memang bisa bertanggung jawab atas kebahagiaan putrinya. Buat yang masih belum dapet kerja, terus berusaha ya. Gak akan telat nikahnya cuma gara-gara kamu mempersiapkan diri dulu. Jangan kesel juga kalo dikasi syarat harus punya kerjaan tetap. Kalau cuma syarat kerja sih masih dimaklumi ya. Kecuali syaratnya harus ngadain pesta 7 hari 7 mlm, trus baju mantennya harus dari perancang terkenal, trus si lelaki harus punya mobil minimal 3 biji, rumah mewah, sawah 100 hektar, villa mewah di puncak gunung bromo dan syarat2 gak masuk akal lainnya plus si lelaki yg harus bayar semuanya. Abis nikahan bisa jadi gembel. Bukannya bahagia malah sengsara hihi.
Menikah itu penyempurna agama, wajib hukummya apabila kita sudah sangat siap lahir batin. Namun bisa menjadi haram hukumnya jika lelaki tidak memiliki kemampuan untuk memberikan hak-hak istrinya setelah menikah, seperti memberikan nafkah lahir batin. Yang sudah siap dan ingin menikah semoga dilancarkan. Yang belum siap, semoga dimudahkan segala usahanya untuk mempersiapkan diri. Yang belum berkeinginan menikah, semoga segera ingin ya.
*nulis beginian kesannya kayak udah nikah aja hihi

Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...