Skip to main content

Learning English in Pare English Village (Part 2)

Papan nama Global English
Memilih tempat kursus di kampung inggris itu, susah - susah gampang. See, lebih banyak kata susah daripada gampangnya hehe. Saya membaca banyak sekali review pada tiap tempat kursus, serta estimasi biayanya. Saya juga sempat berkonsultasi kepada teman yang ternyata pernah belajar bahkan sampai mengajar  di salah satu tempat kursus (thanks Firda 😚). 
Sampai akhirnya saya memilih Global English. Selain memiliki rating yang cukup tinggi, lokasi global english cukup mudah ditemukan oleh orang yang baru pertama kali ke Pare.
Map of Global English

Di Global English (GE), saya memilih paket 1 bulan yang berisi 5 program dan english camp. Saya tinggal di "Female 2" camp yang letaknya tepat di seberang office GE. Hal ini sangat memudahkan akses saya mengingat lokasi office GE dan camp saya berada di pinggir jalan utama. Di GE, kelas dibuka per dua minggu ato biasa kita sebut per periode. Kita bisa memilih kelas dengan bebas saat periode kedua, namun tidak saat periode pertama.
Saat registrasi ulang di periode pertama, kita akan dihadapkan pada placement test, yang akan menentukan kelas-kelas yang kita ambil selanjutnya. Hasil placement test saya menyatakan saya harus mengambil kelas Speaking 2, Pronunciation 1 dan Vocabulary for TOEFL 1 di periode pertama saya. Biar panjang, saya ceritain satu per satu ya.
Kelas speaking 2 diadakan di halaman samping Female 2 camp dengan tutor Mr. Kibo. Pasti sudah ketebak donk, kenapa beliau dipanggil Mr. Kibo. Yup, karena rambut beliau kribo. Mr. Kibo sangat bersemangat, berkharisma dan cinta mati sama debat. 
Members of Mr. Kibo's Speaking 2 class
 Hampir tiap hari membernya diminta untuk memperdebatkan masalah yang beliau tentukan (yang sebenernya gak penting-penting amat untuk diperdebatkan hehe). Beliau juga senang bercanda. Style sehari-hari beliau pasti menggunakan celana kargo, kaos dan kemeja ato jaket untuk luaran dengan rambut yang terikat rapi. Dari speaking 2 saya dapat banyak kosakata baru dan yang paling penting saya mulai belajar berani berbicara di depan orang banyak.
Vocabulary for TOEFL 1 diampu oleh tutor yang bernama Miss Olivia dan diadakan di MLC camp. Miss Oliv orangnya lemah lembut, cantik dan sedikit pendiam. Beliau selalu sabar dalam mengajar. Jujur saja, kelas ini adalah kelas terboring yang pernah saya jalani. Karena di kelas kami jarang bercanda dan selalu serius pada pembelajaran.
Pronunciation 1 yang diampu Mr. Siwi adalah kelas saya yang paling exclusive karena diadakan di lantai 2 Pare core Cafe ato biasa disingkat Parcor. Parcor adalah salah satu cafe ngehits di kampung inggris. 
Member of Mr. Siwi's Pronunciation class
Kelas ini paling banyak memberikan influence pada kemampuan bahasa inggris saya. Di kelas ini saya belajar dari awal lagi tentang pengucapan bahasa inggris yang benar. Kelas yang sangat menyenangkan karena Mr. Siwi yang katanya coffe addicted ini, selalu mengajar dengan riang, sehingga semua juga ikut gembira.
Untuk periode kedua, saya tidak perlu mengikuti placement test lagi, melainkan hanya melihat nilai-nilai dari kelas program pertama, apakah saya bisa lanjut ke level selanjutnya atau tidak. Akhirnya periode kedua saya mengambil 2 kelas, yaitu TOEFL skoring dan Speaking 3.
TOEFL skoring dilaksanakan di belakang office dengan tutor Mr. Maul. Di kelas ini, selain melakukan tes TOEFL, saya juga mendapat banyak ilmu dan trik untuk menyelesaikan soal-soal TOEFL. Setiap soal dibahas satu per satu secara detail oleh Mr. Maul sehingga membernya mengerti dimana salah mereka saat nilai mereka rendaha atau menurun. Tidak seperti saat TES TOEFL di luar yang kita tidak tahu apakah jawaban kita benar atau salah.
Yang terakhir adalah Speaking 3 dengan tutor Mr. Anam. Awalnya saya sempat ragu dan takut saat memilih program ini karena saya merasa skill speaking saya sangat kurang sedangkan speaking 3 termasuk speaking dengan level tinggi. 
Members of Mr. Anam's Speaking 3 class
Ternyata pertemuan pertama dengan Mr. Anam dan para member yang cuma 7 orang, membuat nyali saya tambah ciut. Yang lain speakingnya sudah tidak pakek mikir, beda dengan saya yang masih banyak filler sana sini. Tapi Mr. Anam selalu sabar membimbing membernya yang masih "kurang", sehingga sedikit demi sedikit saya mulai percaya diri dan berani mengatakan bahwa saya pantas menjadi member Speaking 3 (walo fillernya masih ada).
Di kelas ini, setiap hari kami sharing tentang banyak hal. Mulai dari hal remeh seperti jalan raya hingga hal berat semacam peraturan perundang-undangan pemerintah. Sering kami diminta untuk berdebat dan beliau memberi gambaran terlebih dahulu, biar kami gak ngelantur kemana-mana. Tema perdebatan selalu berganti dan menarik. Ntah Kenapa dulu saya tidak terlalu tertarik dengan masalah kebiri tetapi ketika debat, saya excited. Saya yang pada dasarnya sangat setuju dengan hukum kebiri, tiba-tiba saja berubah haluan ketika perdebatan selesai karena mendengan bantahan dari teman-teman yang kontra. Speaking 3 bukan hanya meningkatkan speaking skill, namu juga memberikan saya banyak informasi baru.
Sebenarnya 1 bulan tidak cukup bahkan sangat kurang untuk memperlajari bahasa inggris lebih dalam. Tapi saya bersyukur diberi kesempatan menimba ilmu walau hanya sebentar disana. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali kesana dan melanjutkan perjuangan yang baru saja dimulai.

Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...