Skip to main content

I'm Pregnant [Part 2]


Setiap wanita hamil pasti akan mengalami morning sickness. Kata salah satu artikel di google, Morning sickness adalah gejala umum dari kehamilan yang ditandai dengan mual dan muntah sesekali. Meskipun namanya morning sickness namun tidak serta merta keluhan hanya terjadi di pagi hari, melainkan dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada setiap saat sepanjang hari. Memang keluhan mual dan muntah lebih berat di pagi hari. Menurut National Institutes of Health (NIH), sebagian besar wanita hamil mengalami mual, tapi sepertiga juga mengalami muntah. Morning sickness biasanya terjadi dalam empat bulan pertama kehamilan dan ini sering menjadi tanda pertama bahwa seorang wanita hamil. Hal ini juga terjadi pada saya. Pada awal-awal kehamilan, saya masih belum merasakan perubahan yang berarti pada tubuh saya. Saya hanya merasa nafsu makan saya sedikit meningkat. Saya juga merasakan morning sickness namun tidak begitu parah. Hanya perasaan mual dan sedikit pusing di pagi dan sore hari. Namun ada satu hal yang menurut saya agak aneh. Hal tersebut terjadi pada suami saya. Sepulang mudik dari Bangkalan, pertengahan bulan lalu, suami sakit. Saya berfikir mungkin hanya kelelahan, namun sakitnya tak kunjung sembuh sampai seminggu. Suhu badannya cukup tinggi sampai suami menggigil. Ini gejala yang biasa saat orang sakit. Yang tidak biasa adalah sejak sakit suami merasa mual-mual. Saya kira suami hanya masuk angin biasa. Namun semakin hari mualnya semakin parah dan dia mulai "mengidam" melebihi saya yang hamil. Sebagai contoh pernah suatu malam suami bilang "makan soto ayam enak kali ya". Mungkin bagi orang lain ini biasa saja, tapi bagi orang yang kenal suami saya, hal ini adalah hal yang aneh. Karena selama saya mengenal suami dari jaman dahulu sampai sekarang, suami adalah orang yang paling malas makan soto. Karena memang suami tidak terlalu suka makanan panas. Saya sudah beberapa kali mengajak suami (dari jaman pacaran sampai nikah) makan soto ayam tapi selalu ditolak dan berakhir di warung penyetan atau mie ayam. Keesokan harinya kami makan soto ayam dan suami doyan. Kami beberapa kali makan soto ayam dan suami tidak protes meskipun soto ayamnya panas. Karena alasan ini saya merasa ada yang aneh di suami saya, hingga saya googling dan menemukan artikel tentang Couvade Syndrome atau sindrom kehamilan simpatik, morning sickness yang dialami calon ayah.

Kata couvade diambil dari bahasa Perancis yaitu couver yang berarti menetas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh St. George University, London, Inggris, ditemukan bahwa 20 – 80 persen pria di dunia mengalami couvade syndrome di trimester pertama dan ketiga kehamilan. Beberapa gagasan ilmiah pun mengungkapkan bahwa saat istrinya hamil, pria mengalami peningkatan kerja hormon dalam tubuhnya (https://www.motherandbaby.co.id/article/2013/6/13/501/Mengenal-Couvade-Syndrome-Pada-Calon-Ayah). Saya sudah sering mendengar ada beberapa calon ayah yang juga merasakan morning sickness seperti yang istri rasakan, namun baru kali ini saya melihat dan merasakan sendiri. Rasanya lucu melihat suami lebih mengidam daripada saya, namun juga kasihan karena suami harus merasakan mual-mual yang pasti tidak enak. Awalnya suami tidak percaya tentang Couvade Syndrome, namun setelah saya ceramah panjang lebar tentang sindrom yang satu ini, akhirnya suami mengerti namun tetap merasa aneh dan heran bagaimana dia bisa mengalami hal tersebut.
 
Ada beberapa sebab calon ayah mengalami hal ini. Salah satu penyebab terjadinya couvade syndrome adalah stres. Sama seperti bumil, calon ayah terkadang menganggap kehamilan adalah sesuatu yang sangat membahagiakan, namun di sisi lain sangat emosional dan membuat stres. Calon ayah cemas apakah kelak bisa memenuhi kebutuhan finansial keluarga, bagaimana jaminan kesehatan si kecil, atau apakah dia bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya atau tidak. Sindrom ini bisa juga dipicu oleh perubahan hormon dan juga hubungan antara pikiran dan tubuh. Stres dapat menurunkan kadar testosteron pada pria sehingga kadar estrogen tidak seimbang yang pada akhirnya menyebabkan gejala seperti wanita hamil. (https://www.ibupedia.com/artikel/featured/couvade-syndrome-ketika-suami-ikut-hamil). Sindrom ini akan hilang dengan sendirinya ketika bayi lahir. Namun ada pula yang hilang sebelum bayinya lahir. Setelah banyak searching artikel tentang sindrom ini, saya menjadi tenang. Awalnya saya membayangkan suami akan mual-mual dan tersiksa sampai anaknya lahir, namun setelah 2 minggu pasca sakit, suami mulai berangsur normal kembali. Alhmdulillaaaah.

Namun baru selesei masalah Couvade Syndrome, masalah lain muncul. Kali ini terjadi pada saya. Morning sickness yang saya rasakan semakin parah. Mual dan pusing sepanjang hari, dari pagi sampai pagi lagi bahkan kadang sampai membuat saya susah tidur. Nafsu makan yang menurun drastis, malas makan, dan tidak doyan nasi. Saya baru berasa jadi orang hamil saat morning sickness sedang parah-parahnya hahahaha. Akhirnya saya makan apapun yang menurut pikiran saya itu enak dan gak bikin eneg. Saya makan sepengennya, tidak teratur, lebih banyak makan cemilan yang isi angin daripada yang bergizi. Saya pikir itu tidak mengapa, asal masih ada makanan masuk, semua masih aman. Namun ternyata tidak demikian. Semua itu berdampak tidak baik terhadap bayi yang ada di rahim saya. Hal ini saya ketahui setelah memeriksakan diri ke dokter.

Malam minggu kemarin saya dan suami datang ke RSIA Haji kota Batu untuk periksa. Saya diperiksa dr. Subandi, Sp.OG. dokter satu ini sangat asyik. Pasien diajakin ngobrol dan becanda jadi tidak kaku. Banyak hal yang beliau jelaskan bahkan sebelum saya bertanya. Disana saya juga melakukan pemeriksaan Ultrasonography (USG) untuk mengetahui keadaan bayi dalam rahim.
Deg-degan, khawatir, takut tapi juga excited. Dedek bayinya sehat, sementara sudah terlihat kepala, kaki dan tangannya, tapi masih sangat kecil. Detak jantungnya juga sudah terdengar. Namun kata dokter, dedek bayinya kurang besar kalau dibanding panjang standart usianya, kurang 0,3 cm. Dokter bicara panjang lebar yang intinya makanan yang saya makan kurang bergizi untuk bayinya. Nah kan ketahuan kalau makannya sembarangan. Dokter menjelaskan bahwa apa yang saya makan harus yang tinggi kalori dan tinggi protein agar bayi tumbuh sehat, bukan hanya makanan yang ibuknya suka. Saya langsung merasa bersalah. Duh ibuknya egois amat selama beberapa minggu terakhir ini, makannya gak pernah dijaga. Sediiiihhh. Akhirnya dokter memberi resep beberapa vitamin yang harus saya konsumsi bersama makanan-makanan sehat. Sejak pulang dari dokter, saya langsung bertekad untuk merubah semua pola makan saya. Saya harus makan yang dibutuhkan dedek bayi, walaupun saya gak suka atau gak mau. Saya sangat bersyukur diberi pendamping yang sangat sabar dalam membimbing dan menemani saya. Tidak pernah sekalipun suami menyalahkan saya karena keadaan dedek bayi. Suami malah menyemangati saya untuk selalu menjaga makan demi anak kami (ceilaaahhh).

Oiya ini ada beberapa saran makanan yang kemarin saya dapat dari dokter, semoga juga bisa bermanfaat untuk teman-teman yang baca. Untuk kehamilan muda seperti saya, yang harus sering dikonsumsi adalah makanan yang menghasilkan kalori yang tinggi (nasi, lontong, kentang, singkong, ubi), protein hewani (ikan kembung, ikan lele, ikan patin, ikan bandeng, telor puyuh), protein nabati (kacang hijau, alpukat). Dan yang harus dihindari adalah nangka, nanas, durian serta makanan atau minuman yang mengandung kafein (teh, kopi). Saya agak kaget ternyata kata dokter, wanita hamil diijinkan minum soda, asal sodanya tidak mengandung kafein. Tapi saya tetap tidak berani minum soda walaupun pengennya udah sampai di ubun-ubun hahaha.

Duh ceritanya ngalor ngidul kemana-mana nih. Maap ya teman-teman, terlalu banyak yang ingin saya ceritakan, agar semua merasakan kebahagian yang saat ini sedang saya rasakan. Tetap saling mendoakan yaa, agar semua sehat dan selalu bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...