Skip to main content

MengAsihi

Saya bukan ibu yang memiliki keinginan muluk-muluk. Dapat hamil dan melahirkan dengan lancar saja sudah cukup bagi saya. Awalnya saya agak pemisis saya dapat mengAsihi. Karena menurut logika saya, saat itu, rasanya tidak mungkin bayi dapat tumbuh sehat hanya dengan minum cairan. Lagipula di lingkungan sekitar saya, banyak bayi yang minum susu formula dan diberi makan sejak umur 2 bulan. Namun sejak hamil, saya banyak googling dan berdiskusi dengan banyak teman tentang per-asi-an. Dari situ saya tahu bahwa bayi baru lahir hanya boleh diberi minum asi saja, belum boleh diberi makann hingga 6 bulan karena pencernaannya belum siap untuk mencerna makanan padat. Akhirnya saya mencoba memantapkan diri untuk memberikan asi exclusive untuk Gie. Namun usaha tersebut bukannya tanpa hambatan. Banyak sekali masalah yang saya hadapi dari awal mengAsihi sampai sekarang.

Masalah pertama adalah ASI yang tidak keluar sampai hati ke 3 pasca melahirkan. Awalnya saya pikir asi akan keluar dengan sendirinya setelah melahirkan. Namun ternyata tidak semudah itu Ferguso!. Hari pertama dan kedua asi tak kunjung keluar, akhirnya saya berinisiatif membeli pompa asi. Saya membeli pompa asi manual merk Pigeon. Asi berhasil keluar namun hanya setetes. Kemudian payudara saya juga dipijat oleh salah satu teman (bunda Nayra) agar merangsang asi keluar, namun yang keluar tetap hanya setetes. Saya mulai pesimis. Apalagi perawat-perawat di rumah sakit selalu menekan saya untuk segera memberikan asi untuk Gie. Fyi, setelah dilahirkan, Gie langsung mausk ruang nicu untuk dirawat karena dia keracunan ketuban dan kata perawat disana, Gie selalu menangis karena haus sedangkan bayi yang lain minum asi dari ibunya masing-masing. Gimana hati saya gak hancur denger begitu. Saya jadi tambah pesimis dan kepikiran, otomatis asi tambah ndak mau keluar. Kemudian para perawat itu menyarankan saya untuk memberikan susu formula terlebih dahulu, sembari menunggu asi keluar. Bodohnya saya malah mengiyakan karena tidak tega melihat Gie kehausan. Di hari ketiga, hari terakhir di rumah sakit, di seluruh badan dan wajah Gie muncul bintik-bintik merah. Kata perawat Gie alergi protein susu sapi. Selain itu, Gie juga kuning karena kurang cairan dan tidak dijemur. Alamaak ada-ada saja. Alhmdulillaaah setelah sampai dirumah, asi saya keluar. Sejak itu Gie minum asi sampai sekarang.

Masalah kedua adalah puting lecet. Saat awal menyusui saya tidak pernah tahu bahwa gusi bayi itu tajam. Walaupun tanpa gigi, bayi bisa menggigit puting, akibatnya puting saya lecet bahkan luka berdarah. Pompa juga memperparah keadaan. Saya mempunyai flat nipple jadi harus dipompa terlebih dahulu agar bisa agak keluar. Ini juga menyebabkan luka bersarah yang sakitnya mirip sakit saat kontraksi. Luka dan sakit ini membuat saya malas menyusui. Setiap akan menyusui, saya harus menyiapkan mental untuk merasakan sakit yang terasa bukan hanya didada tapi juga sampai ke kepala dan bahkan membuat rahim rasanya seperti berkontraksi. Tak jarang saya menangis sambil menyusui yang membuat suami tidak tega. Saya sempat menggunakan beberapa obat untuk menyembuhkan luka di puting. Seperti minyak banlen dan krim momilen tapi saya tidak telaten karena harus membasuh puting terlebih dahulu sebelum disusukan kembali. Saya memilih menunggu luka-luka itu sembuh sendiri sambil menahan sakit. Rasanya seperti sudah ingin menyerah tapi percayalah, setelah melewati masa sakit ini, kita akan bangga terhadap diri kita sendiri karena begitu tangguh mengahadapi sakit yang rasanya tidak masuk akal.

Masalah selanjutnya adalah mastitis atau peradangan payudara. Di awal masa mengasihi payudara pasti akan selalu terisi penuh dan jika tidak segera dikosongkan makan akan menimbulkan nyeri yang luaaaaar biasa. Bukann hanya nyeri di dada, namun juga menjalar ke kepala dan membuat tubuh panas dingin. Saya pompa agak tidak terlalu sakit, tapi tidak selalu berhasil. Saya berkali-kali minum paracetamol untuk meredakan panas, sakit kepala serta nyeri. Tapi seiring berjalannya waktu, badan kita sudah bisa beraptasi dengan baik terhadap perubahan setelah melahirkan jadi kemungkinan sudah gak nyeri lagi.

Berikutnya adalah mood swing. Agar asi lancar kuncinya ibu harus selalu bahagia, tidak terlalu pemikir dan bebas dari stres. Namun saat mengalami baby blues sudah pasti stres tak berkesudahan selama beberapa waktu. Mood naik turun. Hal ini sangat mempengaruhi produksi asi.  Bayi baru lahor juga belum punya jadwal tidur yang pasti, mereka lebih sering begadang, sehingga membuat ibunya juga begadang dan kelelahan. Belum lagi hujatan dan nyinyiran para netizen yang terhormat yang bisa bikin saya tambah kepikiran. Saat itu peran dan dukungan suami dan keluarga sangat dibutuhkan sehingga ibu bisa melewati masa-masa sulit itu. 

Masalah yag terakhir (untuk saat ini) adalah menyusui saat berpuasa. Ini adalah puasa pertama saya bersama Gie. Saya tidak ingin berpuasa, namun rasanya penasaran apakah saya kuat berpuasa sambil menyusui. Banyak teman-teman yang bisa melakukan hal tersebut, akhirnya saya mencoba dan berhasil. Bisa ditebak, di hari pertama saya lemes se lemes-lemesnya, lapar selapar-laparnya, haus se haus-hausnya. Tapi masih bisa dilanjut sampai magrib. Besoknya saya berouasa lagi dna rasnaya tidak senelongso hari pertama. Mungkin di hari pertama hanya adaptasi saja. Selain masalah lapar-haus, ada satu hal lagi yang cukup menguji kesabaran ibuk-ibuk satu ini. Gie mengalami growth spurt, percepatan pertumbuhan yang membuat dia maunya digendong terus, minta susu terus, rewel ndak karu-karuan. Rasanya ingin menyerah dan marah-marah. Tapi siapa yang mau dimarahi? Bayi belum genap 6 bulan ini belum mengerti apa-apa. Jadi saya hanya menghela nafas panjaaaang untuk meredam esmosi jiwa. Satu-satunya alasa yang membuat saya tetap waras adalah dukungan san bantuan suami.

Sebenarnya mengAsihi tidaklah sulit, kita hanya butuh menjaga komitmen dan selalu happy. Tidak ada istilahnya Asi kita sedikit selama masih terus kita susukan/ pompa karena asi itu prinsipnya supply by demand. Semakin banyak diambil, semakin banyak juga yang diproduksi. Ketika kita hampir menyerah saat mengAsihi karena puting luka, badmood atau dinyinyiri netizen, selalu ingat bahwa bayi kita berhak mendapatkan asi sebagai sumber kehidupannya.

Sekarang saya sudah menngasihi Gie selama 6 bulan dan siap memulai perjuangan mpasi. Semoga saya tetap bisa konsisnten untuk bisa terus mengAsihi Gie sampai 2 tahun. Dan juga smeoga Gie lahap makan macem ayah ibuknya.

Oiya saya membahas per-asi-an ini tanpa mengurangi sedikitpun respect dan kagum saya terhadap ibu-ibu hebat diluar sana, baik yang memberi asi atau sufor, atau yang berbeda pendapat dengan saya. Kita semua tetap ibu terbaik. Hidup emak-emak!
Peluk cium.
Ibuk Gie

Comments

Popular posts from this blog

[Resensi] Jemima J (Jane Green) : Langsing bukan segala-galanya.

Setiap wanita itu cantik, terlepas dari ukuran baju, berat badan, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya. Hanya saja terkadang lingkungan yang memasang kriteria khusus untuk dipanggil cantik, seperti harus langsing, mulus, rambut panjang dan lurus. Sehingga banyak wanita berlomba untuk menjadi langsing demi bisa masuk ke dalam kotak yang dilabeli "CANTIK" oleh sekitarnya. Maka akan ada wanita-wanita yang menjadi minder, tidak percaya diri karena tubuh mereka lebih berisi. Salah satunya adalah JJ alias Jemima Jones, yang ada dalam novel chicklit karangan Jane Green. Jemima Jones adalah wanita berumur 27 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di Kilburn Herald, salah satu koran lokal di Inggris. Jemima Jones atau yang selanjutnya akan kita panggil JJ memiliki berat badan sekitar 120 kg. Hal ini yang membuatnya hampir setiap hari selalu bertekad untuk diet namun selalu kalah oleh sebatang cokelat atau sebungkus sandwich bacon favoritnya. JJ selalu berkhayal memiliki ba...

[Resensi] Jendela-Jendela (Fira Basuki): Aku, Kamu dan Jendela

Menjalani kehidupan rumah tangga memang tidak selalu mudah dan indah seperti di dongeng-dongeng. Ada kalanya kita merasa sangat bahagia, ada pula saat dimana kita merasa lelah dan tidak berdaya menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung usai. Namun kita harus terus berusaha, berdoa kepada Tuhan agar semua masalah dapt terselesaikan dengan baik. Mungkin hal ini yang ingin diungkapkan Fira Basuki dalam bukunya yang berjudul "Jendela-Jendela". Buku yang pertama kali diterbitkan tahun 2001 ini memiliki 154 halaman. Ini juga adalah buku pertama yang akan saya resensi. Deg-deg an sih. Karena basically saya bukan orang sastra ataupun paham tentang hal-hal seperti ini. Namun saya ingin memberikan resensi dari sudut pandang saya sebagai orang awam yang (berusaha) suka dan rajin membaca. Biar agak pinter dikit hihi. Oke let's start. June Larasati Subagio adalah wanita Indonesia yang menikah dengan lelaki Tibet bernama Jigme Tshering di tahun 1997 . Jigme adalah lelaki ya...

Jealous

Katanya cemburu itu tanda cinta, tanda sayang tapi kadang cemburu juga bisa bikin orang yang kita cintai merasa tertekan, terkekang dan tidak nyaman. Dulu saya adalah wanita pencemburu, sangat pencemburu, sampai sekarang sih sebenarnya tapi sekarang saya sudah mulai bisa mengontrolnya dengan baik. Sebelum menikah dengan suami, kami menjalani hubungan jarak jauh yang membuat kami jarang sekali bertemu. Paling cepat mungkin sebulan sekali. Hal ini memaksa saya untuk belajar mengontrol cemburu. Saya sering sekali overthinking. Entahlah wanita lain mengalami juga atau tidak tapi rasanya sangat tidak nyaman, tidak tenang dan khawatir saat tahu suami berinteraksi dengan wanita lain. Padahal kan itu wajar. Walaupun berpacaran atau sudah menikah kan kita tidak lantas memutus hubungan dengan semua lawan jenis. Semua hal ini saya pendam sendiri yang akhirnya membuat saya galau, sedih, muring-muring ndak jelas, selalu marah-marah hingga membuat orang disekitar juga ikutan emosi. Lalu ...